Menunggu. Adalah satu kata yang amat sangat
membosankan. Adakah orang di dunia ini yang suka menunggu? Aku pastikan tidak
ada satupun. Menunggu merupakan suatu hal yang amat membosankan. Apalagi,
setelah bertahun-tahun orang yang kita tunggu itu tidak datang. Tidak menepati
janjinya. Pergi bersama orang lain dan menganggap bahwa kita tidak menanggapi
janjinya dulu. Apakah ada yang seperti itu? Apakah ada, jika seseorang berjanji
harus mendapat tanggapan dari pihak yang diberi janjinya? Yang aku tau, yang
namanya orang berjanji itu yang berjanji aja. Tidak perlu mendapat tanggapan. Karena
bisa jadi, orang yang kau janjikan itu ingin melihat seberapa serius kau
berjanji. Memerhatikan dalam diam. Membuktikan ucapanmu. Dan ternyata kau tak
cukup kuat dengan cobaan yang ada. Kau menyerah. Putus asa. Tidak berusaha.
Selama waktu yang aku gunakan untuk menunggumu, aku
belajar banyak hal. Membaca quote-quote inspiratif. Aku tidak ingin menjadikan ‘moment’
menungguku sebagai suatu hal yang sia-sia. Aku tidak ingin mengecewakan diriku
sendiri dengan apa yang aku tunggu. Dan aku tidak ingin terlihat seperti orang
yang bodoh ketika aku menuggumu. Jadilah aku yang sekarang. Ketika aku tau
bahwa kau tidak menepati janjimu. Aku tidak terus terpuruk dalam kubangan yang
telah kau buat. Aku berusaha mengikhlaskan semua yang telah terjadi pada kita. Ikhlas
pada takdir yang telah Dia gariskan untukku. Aku bukanlah tulang rusuknya yang
hilang.
“Allah tidak pernah mengambil orang yang kamu sayang
tanpa pernah menggantikannya dengan yang lebih baik”.
Lagi-lagi, pelajaran yang kita ambil adalah… Selalu
berbaik sangka kepada Allah. Karena ia mengetahui apa yang kita butuhkan. Bukan
apa yang kita inginkan.
Tak dipungkiri, awalnya aku memang sakit hati. Sesak.
Tapi setelah aku pikir-pikir lagi, tidak ada gunanya terus memelihara perasaan
itu. Dan aku tau. Aku harus memusnahkan perasaan itu. Seperti quote Darwis Tere
Liye yang aku ambil dari facebooknya :
Rasa sakit di hati itu hanya ibarat kabut di pagi hari.
Tunggulah matahari tiba, maka dia akan hilang bersama siraman
lembut cahayanya.
Rasa sakit di hati itu hanyalah ibarat kabut pagi.
Tidak pernah mengubah hakikat indahnya pagi.
Dan itu sungguh
tarian indah.
Tarian penerimaan.
Dan aku tau apa yang aku lakukan. Berhenti melihat dan peduli
kepada orang yang menyakitiku dan berhenti melukai orang yang aku sayang.
Dengan tekadku menjadi orang yang lebih dan lebih baik lagi. Insya Allah ;’)