Friday, October 24, 2014

Bahagia Tanpa Alasan

Apa kau bahagia? Ya.
Apa yang membuatmu bahagia? Diriku sendiri.
Apakah tidak ada alasan lain yang membuatmu bahagia? Tidak.
Hal apa yang membuatmu bahagia? Aku masih diberi kesempatan untuk bernafas bersama orang-orang yang aku sayang. Dan tidak ada satu pun yang kurang dari tubuhku.

Sesederhana itulah aku bahagia. Tidak perlu menjadikan sesuatu hal yang lain menjadi alasanku untuk bahagia. Karena ketika kau menjadikan "sesuatu" itu menjadi alasan kebahagianmu, maka ketika "sesuatu" itu pergi dari hidupmu, kebahagiaan itu akan pergi juga darimu. Tidak ada yang berhak mengambil kebahagiaanku. Bahkan Tuhan sekalipun, memberi cobaan sebanyak dan sebesar apapun, jika kita menikmatinya dan menganggap itu semua hanyalah ujian dari-Nya karena Dia cinta kepada hamba-Nya. Cobaan lah yang membuat kita kuat. Luka yang akan membuat kita semakin dewasa. Karena jika kau terus  berada dalam "Comfort Zone" kau tidak akan pernah mengenal betapa luas dan indahnya dunia ini.

"Jika sesuatu ditakdirkan untukmu, sampai kapanpun tidak akan pernah menjadi milik orang lain".
Bukankah kekuatan akan berprasangka baik itu nyata ada nya?
Karena Allah sesuai dengan prasangka hambaNya.

Sebulan terakhir ini aku mencoba mencari kebahagiaan yang ada dalam diriku. Dan aku menemukannya. Aku mencari kesibukan yang sesuai dengan passion ku sendiri. Sampai aku lupa dengan hal-hal yang membuatku sedih. Sampai aku lupa bahwa aku pernah terluka. Sampai aku tidak lagi merasa "sendirian". Sampai aku lupa bahwa aku sedang merantau di kota orang. Sampai aku berhasil menepis salah satu quote "Aku harus menyibukkan diri. Membunuh dengan tega setiap kali perasaan rindu itu muncul. Ya Tuhan.. berat sekali rasanya".

Saat ini, menyibukkan diri adalah kebahagiaanku sendiri. Sampai ada waktu luang weekend pun aku ingin mencari kesibukan di luar kost. Aku yang sudah terbiasa pagi-sore pergi kuliah dan malamnya mengerjakan tugas ataupun kegiatan diluar kamupus itu membuatku rindu ketika waktuku sedikit senggang dan tidak lagi melakukan hal itu.

Sedikit cerita pengalaman sibuk itu bisa menjadi hal yang menyenangkan. Dua minggu terakhir ini aku disibukkan oleh tugas dan UTS. Pagi ngerjain tugas di kost. Siang-sore kuliah. Malam ngerjain tugas lagi. Full seminggu jadwal ku terus seperti itu termasuk weekend. Sampai rasanya ruang nafasku untuk beristirahat itu tidak ada. Pulang ke kost hanya istirahat sebentar, mandi, shalat, dan makan. Setelah itu aku kembali keluar untuk mengerjakan tugas kelompok atau kegiatan diluar kampus. Dan semuanya baik-baik saja. Aku yang punya riwayat 'gampang sakit' kalau kecapean dikit itu rasanya sudah tidak berlaku lagi. Why? Because, I'm enjoy and happy to did it! Ya walaupun tidak berlaku ketika aku menghadapi UTS  di salah satu mata kuliah. Sakit kepala ku kembali kambuh karena aku tegang. Dan seketika itu badanku sakit semua dan demam semalaman. Ya dikarenakan lagi minggu UTS, akhirnya esok paginya aku tetap masuk kuliah 5 sks sampai siang. Setelah itu aku istirahat. Dan sorenya aku merasa bosan karena hanya nonton TV di kostan walaupun masih pusing, aku masih tetap ingin keluar. Tapi untungnya gak lama kemudian temanku sms untuk ngerjain tugas kelompok. Buru-buru aku keluar dengan tersenyum penuh kemenangan karena akhirnya aku keluar juga. Malamnya, temanku juga ngajak senam aerobik di kampus. Walau sedikit ragu kalau aku kuat buat senam, akhirnya aku ikut juga. Dan alhasil, aku baik-baik saja. Badanku tidak mengeluh apapun. Pusingnya hilang, badan enakan, hatipun riang. Hahahaha.

Mencari dan menemukan kebahagiaan yang ada pada diri sendiri itu memang kebahagiaan yang tak pernah hilang. Aku tak lagi ingin menaruh kebahagiaanku pada orang lain jika itu sifatnya hanya sementara. Ini tentang kebahagiaanku. Bukan kamu. Bukan dia. Bukan orang lain. Bukan siapapun yang berhak mengatur kebahagiaanku. Apalagi merebutnya. Karena yang berhak menrebut atau mengambilnya hanyalah penciptaku. Tak lupa. Kunci bahagia itu adalah hati yang tanpa 'pemyakit hati'. Kebahagiaan itu bukan dibuat-buat untuk melihat musuh kita iri. Kebahagiaan itu tanpa dendam. Karena hati ini selalu bisa memaafkan. Jika ada yang membuatmu terluka, kau hanya perlu tersenyum dan mengatakan "Terima kasih Ya Allah... Engkau tidak tidur. Engkau Maha Melihat. Engkau membukakan mataku mana yang tak pantas untukku. Mana yang patut aku perjuangkan. Dan berilah aku kebahagiaan karenaMu. Aku tahu Engkau Maha Adil". Jika tidak ada pundak untuk bersandar, setidaknya kita masih punya lantai untuk bersujud kepada Nya ;')

Tidak ada niat mengajari atatupun sok benar. Itu hanyalah ceritaku dan pengalaman yang aku rasakan dan aku ingin berbagi. Semoga kalian segera bisa mendapatkan kebahagiaan mu sendiri. Dan tentunya kebahagiaan itu bukan karena "sesuatu". Ketika kau mendeklarasikan kebahagianmu kepada dunia, sering-seringlah tengok hatimu. Apakah itu kebahagiaanmu itu sejati atau hanya ingin menunjukkan kepada dunia bahwa kau bahagia?  Good Luck!   \(^o^)/