Lagi-lagi manusia hanya
bisa berencana. Selanjutnya, Allah lah yang menentukan. Hal yang menurut kita
baik, belum tentu baik di mataNya. Apa yang kita inginkan pun belum tentu baik
di mataNya.
Entah dengan kata-kata
apa (lagi) menggambarkan bagaimana perasaanku saat ini. Berharap kepada manusia memang tidak pernah
ada habisnya. Selalu ada kekecewaan pada akhirnya. Tetapi, walaupun begitu
tidak ada hentinya manusia berharap kepada sesamanya. Entah mengapa. Mungkin,
karena manusia adalah satu-satunya makhluk berwujud yang bisa kita harapkan.
Padahal manusia sendiri tau bahwa masih ada Allah. Dzat yang tidak nampak di
mata kita, namun jelas adanya itu yang terkadang tidak terlintas di benak kita
untuk berharap sepenuhnya kepadaNya. Jelas (juga) bahwa tidak ada makhluk yang
di kecewakan olehNya. Tapi mengapa sebagian manusia tidak kunjung menaruh
harapan kepadaNya. Apa karena Dia tidak berwujud? Itulah manusia. Tanpa ia
sadari, lebih memilih dan mempercayai hal-hal yang berwujud. Yang nampak di
pelupuk. Karena ia yakin adanya (wujud).
Hidup itu aneh.
Terkadang ia melambungkanmu setinggi langit, dan di lain waktu ia
mengehempaskannya begitu kerasa ke bumi.
Luka. Luka yang berwujud,
nampak di mata masih mudah kita obati. Tapi bagaimana dengan luka yang bisa
kita rasakan namun tidak berwujud? Aku kira, rasanya lebih sakit. Dan karena
wujudnya yang tak nampak itu, terkadang kita tidak tau bagaimana cara
mengobatinya. Tapi aku tau, luka seperti itulah yang akan mendewasakan kita.
Di saat-saat seperti
inilah aku belajar banyak hal (lagi). Terkadang, kita harus di ‘tampar’ supaya
kita ‘bangun’. Sakit memang. Tapi setelah itu kita akan kuat. Aku percaya itu.
Allah tahu mana yang terbaik untuk hambaNya. Allah akan menggantinya dengan
yang lebih baik. Sampai pada puncaknya. Dia mengirimkan seseorang yang sempurna
untukku. Proses itu memang harus dinikmati. Tidak ada orang sukses tanpa usaha.
Tidak ada orang pintar tanpa belajar. Aku yakin itu. semua yang aku alami
selama masih aku hidup, itu adalah bagian dari rencanaNya. Walaupun sudah gagal
dua kali. Aku ingin menjadikan itu ada kegagalanku yang terakhir. Hati yang
hancur, tidak akan sama lagi bentuknya ketika serpihannya disatukan kembali.
“Selalu
ada bintang dibalik awan gelap. Selalu ada pelangi setelah hujan. Selalu ada
matahari dibalik mendung. Setelah gelap, terbitlah terang. Akan ada hal indah
setelah sekian rintangan yang kau hadapi. You got served what you deserve!”.
Aku
percaya. Rasa sakit ini ibarat kabut di pagi hari. Dia akan hilang bersama
siraman lebut cahaya matahari. Rasa itu tidak akan pernah mengubah hakikat
indahnya pagi ;’)
Don't come into my life if you don't plan to stay!
No comments:
Post a Comment