Liburan minggu tenang dua minggu ini akan ku habiskan di Purwokerto. Sekalian 40 harian budeku. Akhirnya hari selasa kemarin aku tiba di Purwokerto. Semenjak meninggalnya bude, di rumah hanya di tinggali oleh adekku (laki-laki) dan pakdeku. Hanya berdua dan keduanya lelaki. Tidak ada perempuan yang bisa mengurus rumah (masak, beres-beres rumah, nyetrika, ddan pekerjaan rumah tangga lainnya). Pakdeku hanya bisa masak nasi dan cuci baju. Sedangkan adekku sibuk kegiatan di sekolahnya, tak peduli saat ini sedang liburan sekolah.
Hari kedua ku di Purwokerto, mamah ku menelpon (dari Bali dan beliau akan datang ke Purwokerto hari kamis) menyuruhku untuk memasak nasi. Dan kebiasaan di rumah ini, masak nasi tidak menggunakan rice cooker, melainkan dengan cara masak di kompor. Entah bagaimana caranya, di tim ataupun di kukus, aku tak tau. Mamahku mengajarkanku untuk memasak nasi biasa di panci, setelah airnya habis, dan nasi sudah setengah matang, pindah nasinya ke tempat kukusan, panci yang sudah di isi oleh air beserta dandangnya. Aku mengikuti semua prosedur yang ada. Sampai aku berkali-kali beertanya, apakah gak apa-apa kalau airnya menyentuh dandang? Tapi beliau bilang gak apa-apa karena nanti airnya surut. Setengah jam berlalu, dan ketika aku membuka tutup panci tersebut...GOTCHA! Aku menemukan air itu naik ke atas, sehingga nasinya setengah mirip bubur. Saat itu, kebetulan adekku ada di rumah, kita sama-sama bingung. Tapi
mamah bilang di telpon, coba tunggu setengah jam lagi, siapa tau airnya udah surut. Dan ketika setengah jam pun berlalu, air itu tetap naik -_- Entah harus apa lagi yang harus aku perbuat. Akhirnya adekku memanggil tetangga (ibu-ibu yang mengerti), dan beliau bilang kalau itu airnya terlalu banyak. Adekku pun berinisiatif untuk memeberikan nasi itu untuk ibunya. Dari situ, aku hanya bisa diam. Merenung. Kok bisanya...masak nasi pake kompor aja gak bisaaa??? Padahal mamah udah sampai berbusa mungkin jelasin di telepon. Walaupun sebelumnya aku udah menolak untuk masak nasi di kompor karena takut gagal. Dan benar saja kan? ;' Apa daya... Aku hanya perempuan biasa yang lahir di era modern, yang semuanya hanya bisa mengandalkan alat-alat elektronik. Dan orang-orang tua di sekitarku pun gak pernah mengajarkan cara-cara tradisional (terdahulu) seperti itu. Entah berlebihan atau bagaimana... Aku merasa gagal sebagai perempuan tulen T_T . Aku memang tidak kenal omel mamah ataupun pakde. Karena mereka memang mengerti aku gak biasa masak nasi seprti itu. Hanya saja aku berpikir, bagaimana jika nanti aku hidup susah dalam keadaan tidak ada ala-alat elektronik yang membantu pekerjaan rumah???? Ok. Mungkin aku berpikir terlalu jauh ataupun berlebihan. Tapi, aku sedang berusaha menjadi perempuan seutuhnya. Mandiri. Mengingat besok umurku masuk pada kepala dua dan masak nasi seperti itu saja tidak bisa ;'
No comments:
Post a Comment