Tuesday, June 16, 2015

Trap in Comfort Zone? NO!

 "A comfort zone is beautiful place. But, nothing ever grows there" - Unknown -
Saya membutuhkan tamparan terlebih dahulu untuk bangkit meninggalkan zona nyaman itu. Memaksa diri untuk grow up karena hanya saya sendiri yang punya kendali atas diri saya dan saya tidak mengizinkan siapapun untuk ikut campur tangan didalamnya.
Saya anak sulung yang mempunyai satu adik laki-laki. Kalian sendiri pasti bisa menebak bagaimana orangtua memperlakukan anak perempuan satu-satunya. Walaupun anaknya sepasang (perempuan dan laki-laki), tentu saja anak perempuan lebih mendapatkan perhatian lebih. Hm...mungkin istilah yang tepat itu lebih di'protect' daripada anak laki-laki. Ya seperti itulah yang aku rasakan. Ditambah lagi anak pertama. Saya yakin setiap orangtua berharap lebih kepadanya. Melihat seperti itu, saya merasa keperluan saya lebih didulukan dibanding adik saya (terlebih dalam hal pendidikan). Hal itu membuat saya merasa saya sedikit dimanja, yang ditambah lagi fisik saya yang tidak tahan banting alias rapuh;gampang sakit. Dan ada beberapa hal lain yang menjadi pertimbangan mereka (mungkin).
Beberapa waktu lalu, ada sesuatu yang mengusik pikiran dan hati saya ketika seseorang menamparku dengan kata-katanya. Ia bilang bahwa selama ini saya hanya bisa minta uang pada orangtua untuk membeli barang-barang diluar keperluan kuliah (hedonism/foya-foya), apa-apa yang nanggung masih orangtua, gak pernah ngerasain susahnya cari uang dan bla bla bla. Come on! Apa yang menjadi landasan dia berkata seperti itu? They may know my name, not my story! Secara usia, memang seharusnya saya sudah harus bisa mencari uang sendiri. Tapi ini masih masanya mencari ilmu. Masanya mencari uang akan ada saatnya setelah ini. Tapi terlanjur. Kata-katanya sudah terlanjur menampar saya. Tamparan itu membuat saya bangkit dari comfort zone. Saya ingin membuktikan bahwa saya tidak serendah apa yang dia pikirkan.
Dua minggu sebelum masuk kuliah saya mulai berusaha mencari part time job yang biasa diisi sama mahasiswa buat nambah-nambah uang jajan sekalian ngisi waktu luang (biasanya mahasiswa yang gak aktif organisasi kampus alias kuliah-pulang-kulian-pulang). Mulai dari akhir februari saya memanfaatkan sosmed yang saya punya. Searching by hashtag, keyword, group, etc. Loker buat mahasiswa sih ada aja, tapi rata-rata lokasinya jauh dari kampus. Kurang-lebih butuh waktu 30 menit perjalanan, dan waktunya sendiri dari sore sampai malam. Tapi setiap saya hampir menyerah, aku berusaha mengingat lagi kata-katanya yang berhasil menampar saya. Tak lelah kembali mencari info di sosmed hari demi hari. Tak lupa juga saya berdoa kepada sang Kuasa agar dimudahkan dan diberi petunjuk. Ketika saya berkata "ingin", sedangkan Allah berkata "tunggu". Saya terus berusaha dan berdoa. Sampai akhirnya hari itu datang. Awal April saya mendapatkan rejeki itu. Dan kau tau? Setelah bolak-balik cari info dan berusaha datang ke tempat, job inilah yang sesuai dengan jadwal kuliah, jadi sama sekali tidak mengganggu kuliah. Semakin lama saya semakin percaya bahwa ALlah Maha Tau apa yang hambaNya butuhkan, bukan yang hambaNya inginkan. Hanya saya kita harus tetap berusaha, berdoa, dan percaya bahwa Dia tidak tidu. Dia selalu mendengar doa kita dan melihat usaha yang sedang kita lakukan. Semasih hal itu tidak melanggar dari aturan-Nya. Dengan cara yang entah bagaimana, Allah akan selalu memberikan yang lebih dari sekedar baik. Berprasangka baiklah pada-Nya. Karena Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Walau Dia menguji kita dengan merasakan sakit terlebih dahulu.
Tanggal 5 Mei kemarin tepat sebulan saya nyambi kuliah. Ya memang fee nya gak seberapa, namanya juga part time. Tapi setidaknya saya berusaha untuk tidak membebani orangtua saya diluar biaya kuliah. Saya bisa membeli barang apapun yang saya mau dengan uang saya sendiri. Saat ini pun badan saya sudah terbiasa dengan rutinitas baru ini. Tidak ada keluhan. Malah badan saya bereaksi (badan linu dan pusing) ketika saya hanya diam di kost, tidak melakukan kegiatan apapun. Karena kebetulan hampir seminggu kemarin saya libur sambilan. Padahal biasanya pagi-sore kuliah, dilanjut lagi sambilan sampai malam kalau hari biasa, walau kadang gak full sih senin-kamis. Yang pasti kalau sambilan jumat-minggu, sama sekali gak mengganggu kuliah. Paling rada kwalahan aja kalau lagi banyak tugas (apalagi kalau kelompokan) dan gak ada waktu buat jalan sekedar refreshing bareng teman. Harus mutar otak buat jalan bareng teman. Tapi bagusnya sih saya jadi lebih bisa menghargai waktu. Gak ada lagi waktu buat santai-santai.

"Hidup tidak selamanya berjalan mulus. Hidup butuh masalah supaya kita tau punya kekuatan. Butuh pengorbanan supaya kita tau punya kekuatan. Butuh pengorbanan supaya kira tau cara bekerja keras. Butuh airmata supaya kita tau merendahkan hati. Butuh dicela supaya kita tau bagaimana caranya menghargai. Butuh tertawa supaya kita tau mengucap rasa syukur. Jika setiap harapan berjalan sesuai dengan rencana, maka kita tidak akan pernah belajar bahwa kecewa itu menguatkan".

"Ketika seseorang menyakitimu lagi dan lagi, Anggaplan mereka sebuah amplas yang menggosok Anda. Pada akhirnya Anda akan bersih mengkilap dan dia habis tak berguna" - Deddy Corbuzier -

No comments:

Post a Comment